Minggu, 29 Maret 2015

Perjalanan Menuju Akhirat

Perjalanan Menuju Akhirat

Prolog

Hari akhirat, hari setelah kematian yang wajib diyakini kebenarannya oleh setiap org yang beriman kepada Allah Ta’ala  serta kebenaran agama-Nya. Hari itulah hari pembalasan semua amal perbuatan manusia, hari perhitungan yang sempurna, hari ditampakkannya semua perbuatan yang tersembunyi sewaktu di dunia, hari yang pada waktu tersebut orang-orang yang melampaui batas akan berkata dgn penuh penyesalan:

يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي

“Duhai, alangkah baiknya kiranya aku dahulu melakukan (amal saleh) untuk hidupku ini” (QS Al Fajr:24).


Maka seharusnya setiap muslim yg mementingkan keselamatan dirinya benar-benar memberikan perhatian besar dalam mempersiapkan diri dan mengumpulkan bekal untuk menghadapi hari yang kekal abadi ini. Karna pada hakikatnya, hari inilah masa depan & hari esok manusia yg sesungguhnya, yang kedatangan hari itu sangat cepat seiring dgn cepat berlalunya usia manusia. Allah Ta’ala  berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Hai orang-orang yg beriman, bertakwalah kepada Allah serta hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang sudah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), serta bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yg engkau kerjakan” (QS Al Hasyr:18).

Dalam menafsirkan ayat di atas Imam Qotadah([1]) berkata: “Senantiasa tuhanmu (Allah) mendekatkan (waktu terjadinya) hari kiamat, sampai-sampai Dia menjadikannya seperti besok”([2]).

Semoga Allah Ta’ala meridhai sahabat yg mulia Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu yang mengingatkan hal ini dalam ucapannya yang terkenal: “Hisablah (introspeksilah) dirimu (saat ini) sebelum anda dihisab (diperiksa/dihitung amal perbuatanmu pada hari kiamat), serta timbanglah dirimu (saat ini) sebelum (amal perbuatan)mu ditimbang (pada hari kiamat), lantaran sesungguhnya akn tidak susah bagimu (menghadapi) hisab besok (hari kiamat) bila kamu (selalu) mengintrospeksi dirimu ketika ini, serta hiasilah dirimu (dengan amal shaleh) untuk menghadapi (hari) yg besar (ketika manusia) dihadapkan (kepada Allah Ta’ala):

يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ

“Pada hari tersebut anda dihadapkan (kepada Allah), tiada sesuatupun dari keadaanmu yg tersembunyi (bagi-Nya)” (QS Al Haaqqah:18)([3]).

Senada dengan ucapan di atas sahabat yg mulia Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu berkata: “Sesungguhnya dunia sudah pergi meninggalkan (kita) sedangkan akhirat sudah datang di hadapan (kita), serta masing-masing dari keduanya (dunia serta akhirat) memiliki pengagum, maka jadilah sampean orang yg mengagumi/mencintai akhirat & janganlah kamu menjadi orang yg mengagumi dunia, karena sesungguhnya ketika ini (waktunya) beramal serta gak ada perhitungan, adapun besok (di akhirat) merupakan (saat) perhitungan serta tak ada (waktu lagi untuk) beramal”([4]).

“Jadilah anda di dunia seperti org asing…”

Dunia tempat persinggahan sementara & sebagai ladang akhirat tempat kita mengumpulkan bekal utk menempuh perjalanan menuju negeri yg kekal abadi itu. Barangsiapa yang mengumpulkan bekal yg cukup maka dengan izin Allah dia akn sampai ke tujuan dgn selamat, serta barang siapa yg bekalnya kurang maka dikhawatirkan dia tidak akn hingga ke tujuan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kepada kami sikap yang benar dlm kehidupan di dunia dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam: “Jadilah anda di dunia seperti orang asing atau orang yg sedang mengerjakan perjalanan”([5]).

Hadits ini ialah bimbingan bagi orang yang beriman tentang bagaimana seharusnya dia menempatkan dirinya dlm kehidupan di dunia. Karna orang asing (perantau) atau orang yang sedang mengerjakan perjalanan ialah orang yang cuma tinggal sementara dan tak terikat hatinya kepada tempat persinggahannya, dan terus merindukan utk kembali ke kampung halamannya. Demikianlah keadaan seorang mukmin di dunia yg hatinya selalu terikat dan rindu untu kembali ke kampung halamannya yg sebenarnya, yaitu surga tempat tinggal pertama kedua org tua kita, Adam alaihissalam dan istrinya Hawa, sebelum mereka berdua diturunkan ke dunia.

Dalam sebuah nasehat tertulis yg disampaikan Imam Hasan Al Bashri kepada Imam Umar bin Abdul Azizi, beliau berkata: “…Sesungguhnya dunia adalah negeri perantauan dan bukan tempat tinggal (yang sebenarnya), dan hanyalah Adam alaihissalam diturunkan ke dunia ini utk memperoleh hukuman (akibat perbuatan dosanya)…”([6]).

Dalam mengungkapkan makna ini Ibnul Qayyim berkata dalam bait syairnya:

Marilah (kita menuju) surga ‘adn (tempat menetap) karena sesungguhnya itulah

Tempat tinggal kita yg pertama, yang di dalamnya terdapat kemah (yang indah)

Akan tetapi kami (sekarang dalam) tawanan musuh (setan), maka apakah engkau melihat

Kita akn (bisa) kembali ke kampung halaman kita dengan selamat?([7])

Sikap hidup ini menjadikan seorang mukmin ngga panjang angan-angan serta terlalu muluk dalam menjalani kehidupan dunia, karna “barangsiapa yg hidup di dunia seperti orang asing, maka dia tdk punya keinginan kecuali mempersiapkan bekal yg berguna baginya ketika kembali ke kampung halamannya (akhirat), sehingga dia tidak berambisi dan berlomba bersama orang-orang yang mengejar dunia dalam kemewahan (dunia yang mereka cari), karna keadaanya seperti seorang perantau, sebagaimana dia tdk merasa risau dengan kemiskinan dan rendahnya kedudukannya di kalangan mereka”([8]).

Makna inilah yang diisyaratkan oleh sahabat yang meriwayatkan hadits di atas, Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma saat beliau berkata: “Jika anda (berada) di waktu sore maka janganlah tunggu datangnya waktu pagi, & bila nte (berada) di waktu pagi maka janganlah tunggu datangnya waktu sore, serta gunakanlah masa sehatmu (dengan memperbanyak amal shaleh sebelum datang) masa sakitmu, dan masa hidupmu (sebelum) kematian (menjemputmu)” ([9]).

Bahkan inilah makna zuhud di dunia yg sesungguhnya, sebagaimana ucapan Imam Ahmad bin Hambal saat beliau ditanya: Apakah makna zuhud di dunia (yang sebenarnya)? Beliau berkata: “(Maknanya adalah) tak panjang angan-angan, (yaitu) seorang yg ketika dia (berada) di waktu pagi dia berkata: Aku (khawatir) tidak akn (bisa mencapai) waktu sore lagi”([10]).

“Berbekallah, dan sungguh sebaik-baik bekal merupakan takwa” وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوى

Sebaik-baik bekal utk perjalanan ke akhirat ialah takwa, yang berarti “menjadikan pelindung antara diri seorang hamba dgn siksaan & kemurkaan Allah yg dikhawatirkan akan menimpanya, yaitu (dengan) mengerjakan ketaatan dan menjauhi perbuatan maksiat kepada-Nya”([11]).

Maka sesuai dgn keadaan seorang hamba di dunia dalam mengerjakan ketaatan kepada Allah & meninggalkan perbuatan maksiat, begitu pula keadaannya di akhirat kelak. Semakin banyak dia berbuat baik di dunia semakin banyak pula kebaikan yg akan di raihnya di akhirat nanti, yang berarti semakin besar pula peluangnya utk meraih keselamatan dlm perjalanannya menuju surga.

Inilah diantara makna yang diisyaratkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dlm sabda beliau: “Setiap org akan dibangkitkan (pada hari kiamat) sesuai dengan (keadaannya) sewaktu dia meninggal dunia”([12]). Artinya: dia akan mendapatkan balasan pada hari kebangkitan kelak sesuai dengan amal baik atau tidak bagus yang dilakukannya sewaktu di dunia([13]).

Landasan utama takwa merupakan dua kalimat syahadat: Laa ilaaha illallah & Muhammadur Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam . Oleh lantaran itu, sebaik-baik bekal yang perlu dipersiapkan untuk selamat dalam perjalanan besar ini merupakan memurnikan tauhid (mengesakan Allah Ta’ala dlm beribadah & menjauhi perbuatan syirik) yang merupakan inti makna syahadat Laa ilaaha illallah & menyempurnakan al ittibaa’ (mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam & menjauhi perbuatan bid’ah) yang adalah inti makna syahadat Muhammadur Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Maka dari itu, semua peristiwa besar yg akn dialami manusia pada hari kiamat nanti, Allah akan mudahkan bagi mereka dlm menghadapinya sesuai dengan pemahaman dan pengamalan mereka terhadap dua landasan utama Islam ini sewaktu di dunia.

Fitnah (ujian keimanan) dalam kubur yang merupakan peristiwa besar pertama yg akn dialami manusia setelah kematiannya, mereka akan ditanya oleh dua malaikat: Munkar serta Nakir([14]) dgn tiga pertanyaan: Siapa Tuhanmu?, apa agamamu? & siapa nabimu?([15]). Allah hanya menjanjikan kemudahan serta keteguhan iman ketika mengahadapi ujian besar ini bagi orang-orang yg memahami & mengamalkan dua landasan Islam ini dgn benar, sehingga mereka akn menjawab: Tuhanku merupakan Allah, agamaku merupakan Islam serta Nabiku merupakan Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam([16]).

Allah Ta’ala berfirman:

يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ

“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yg beriman dgn ‘ucapan yg teguh’ dlm kehidupan di dunia dan di akhirat, & Allah menyesatkan orang-orang yg zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki” (QS. Ibrahim:27).

Makna ‘ucapan yg teguh’ dalam ayat di atas ditafsirkan sendiri oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dlm hadits shahih yg diriwayatkan oleh sahabat yg mulia Al Bara’ bin ‘Aazib radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seorang muslim ketika ditanya di dalam kubur (oleh Malaikat Munkar serta Nakir) maka dia akan bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang benar kecuali Allah (Laa Ilaaha Illallah) & bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan utusan Allah (Muhammadur Rasulullah), itulah (makna) firman-Nya: Allah meneguhkan (iman) orang-orang yg beriman dgn ‘ucapan yg teguh’ dlm kehidupan di dunia serta di akhirat([17])”.

Termasuk peristiwa besar pada hari kiamat, mendatangi telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang penuh kemuliaan, warna airnya lebih putih daripada susu, rasanya lebih manis daripada madu, serta baunya lebih harum daripada minyak wangi misk (kesturi), barangsiapa yang meminum darinya sekali saja maka dia ngga akan kehausan selamanya([18]). Dalam hadits yang shahih([19]) jg disebutkan bahwa ada orang-orang yang dihalangi serta diusir dari telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ini. Karena mereka sewaktu di dunia berpaling dari petunjuk serta sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada pemahaman serta perbuatan bid’ah, sehingga di akhirat mereka dihalangi dari kemuliaan meminum air telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagai balasan yang sesuai dengan perbuatan mereka.

Imam Ibnu Abdil Barr([20]) berkata: “Semua orang yang melakukan perbuatan bid’ah yang tdk diridhai Allah dalam agama ini akan diusir dari telaga Rasululah shallallahu ‘alaihi wasallam (pada hari kiamat nanti), & yang paling parah di antara mereka adalah orang-orang (ahlul bid’ah) yg menyelisihi (pemahaman) jama’ah kaum muslimin, seperti orang-orang khawarij, syi’ah rafidhah & para pengikut hawa nafsu, demikian pula orang-orang yg berbuat zhalim yang melampaui batas dlm kezhaliman serta menentang kebenaran, & orang-orang yang melakukan dosa-dosa besar secara terang-terangan, semua mereka ini dikhawatirkan termasuk orang-orang yg disebutkan dalam hadits ini (yang diusir dari telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam)([21]).

Demikian pula termasuk peristiwa besar pada hari kiamat, melintasi ash shiraath (jembatan) yg dibentangkan di atas permukaan neraka Jahannam, di antara surga dan neraka. Dalam hadits yg shahih([22]) disebutkan bahwa keadaan orang yang melintasi jembatan itu bermacam-macam sesuai dgn amal perbuatan mereka sewaktu di dunia. “Ada yg melintasinya secepat kerdipan mata, ada yg secepat kilat, ada yang secepat angin, ada yang secepat kuda pacuan yang kencang, ada yg secepat menunggang onta, ada yang berlari, ada yg berjalan, ada yang merangkak, dan ada yg disambar dengan pengait besi setelah itu dilemparkan ke dlm neraka Jahannam”([23]) – na’uudzu billahi min daalik – .

http://modernlivingroom.org/decoration/living-room-wall-decor/
Syaikh Muhammad bin Shaleh Al ‘Utsaimin saat mengulas sebab perbedaan keadaan orang-orang yang melintasi jembatan tersebut, beliau berkata: “Ini semua (tentu saja) bukan dgn pilihan masing-masing orang, lantaran kalau dengan pilihan (sendiri) tentu semua orang mau melintasinya dengan cepat, akan tetapi (keadaan manusia sewaktu) melintasi (jembatan tersebut) ialah sesuai dgn cepat (atau lambatnya mereka) dlm menerima (dan mengamalkan) syariat Islam di dunia ini; barangsiapa yang bersegera dlm menerima (petunjuk & sunnah) yg dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka diapun akan cepat melintasi jembatan tersebut, serta (sebaliknya) barangsiapa yang lambat dalam hal ini, maka diapun akan lambat melintasinya; sebagai balasan yang setimpal, dan balasan (perbuatan manusia) merupakan sesuai dgn macam perbuatannya”([24]).

“Balasan akhir yang baik (surga) bagi orang-orang yg bertakwa” وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ

Akhirnya, perjalanan manusia akan sampai pada tahapan akhir; surga yang penuh kenikmatan, atau neraka yg penuh dgn siksaan yg pedih. Di sinilah Allah Ta’ala akan memberikan balasan yg sempurna bagi manusia sesuai dgn amal perbuatan mereka di dunia. Allah Ta’ala berfirman:

فَأَمَّا مَنْ طَغَى وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى، وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى

“Adapun orang-orang yang melampaui batas, serta lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Adapun orang-orang yg takut kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)” (QS  An Naazi’aat:37-41).

Maka balasan akhir yg baik hanyalah Allah peruntukkan bagi orang-orang yang bertakwa dan membekali dirinya dgn ketaatan kepada-Nya, dan menjauhi perbuatan yang menyimpang dari agama-Nya. Allah Ta’ala berfirman:

تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لا يُرِيدُونَ عُلُوّاً فِي الْأَرْضِ وَلا فَسَاداً وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ

“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tdk mau menyombongkan diri dan berbuat kerusakan (maksiat) di (muka) bumi, serta kesudahan (yang baik) itu (surga) ialah bagi orang-orang yang bertakwa” (QS Al Qashash:83).

Syaikh Abdurrahman As Sa’di berkata: “…Jika mereka (orang-orang yg disebutkan dalam ayat ini) gak mempunyai keinginan utk menyombongkan diri dan berbuat kerusakan (maksiat) di (muka) bumi, maka konsekwensinya (berarti) keinginan mereka (hanya) tertuju kepada Allah, tujuan mereka (hanya mempersiapkan bekal untuk) negeri akhirat, & keadan mereka (sewaktu di dunia): selalu merendahkan diri kepada hamba-hamba Allah, & selalu berpegang kepada kebenaran & melakukan amal shaleh, mereka itulah orang-orang bertakwa yang akan memperoleh balasan akhir yang baik (surga dari Allah Ta’ala)”([25]).

Penutup

Setelah kami merenungi tahapan-tahapan perjalanan besar ini, marilah kita bertanya kepada diri kami sendiri: sudahkah kami mempersiapkan bekal yg cukup supaya selamat dlm perjalanan tersebut? Kalau jawabannya: belum, maka jangan putus asa, masih ada waktu utk berbenah diri dan memperbaiki segala kekurangan kita – dengan izin Allah Ta’ala – . Caranya, bersegeralah untuk kembali dan bertobat kepada Allah, serta memperbanyak amal shaleh pada sisa umur kami yg masih ada. & semua tersebut akan mudah bagi orang yang Allah berikan taufik dan kemudahan baginya.

Imam Fudhail bin ‘Iyaadh([26]) pernah menasehati seseorang lelaki, beliau berkata: “Berapa tahun usiamu (sekarang)”? Lelaki itu menjawab: Enam puluh tahun. Fudhail berkata: “(Berarti) sejak enam puluh tahun (yang lalu) kamu menempuh perjalanan menuju Allah & (mungkin saja) kamu hampir sampai”. Lelaki tersebut menjawab: Sesungguhnya kami ini milik Allah serta akan kembali kepada-Nya. Maka Fudhail berkata: “Apakah anda paham arti ucapanmu? Sampean berkata: Abdi (hamba) milik Allah & akan kembali kepada-Nya, barangsiapa yg menyadari bahwa dia adalah hamba milik Allah & akn kembali kepada-Nya, maka hendaknya dia mengetahui bahwa dia akan berdiri (di hadapan-Nya pada hari kiamat nanti), dan barangsiapa yang mengetahui bahwa dia akan berdiri (di hadapan-Nya) maka hendaknya dia mengetahui bahwa dia akan dimintai pertanggungjawaban (atas perbuatannya selama di dunia), serta barangsiapa yang mengetahui bahwa dia akan dimintai pertanggungjawaban (atas perbuatannya) maka hendaknya dia mempersiapkan jawabannya”. Maka lelaki itu bertanya: (Kalau demikian) bagaimana caranya (untuk menyelamatkan diri ketika itu)? Fudhail menjawab: “(Caranya) mudah”. Leleki tersebut bertanya lagi: Apa itu? Fudhail berkata: “Engkau memperbaiki (diri) pada sisa umurmu (yang masih ada), maka Allah akan mengampuni (perbuatan dosamu) di masa lalu, karna jika anda (tetap) berbuat buruk pada sisa umurmu (yang masih ada), engkau akn di siksa (pada hari kiamat) karna (perbuatan dosamu) di masa lalu & pada sisa umurmu”([27]).

Akhirnya, kami menutup tulisan ini dgn doa dari Rasulullah r([28]) untuk kebaikan agama, dunia & akhirat kita:

Ya Allah, perbaikilah agamaku yg merupakan penentu (kebaikan) semua urusanku, dan perbaikilah (urusan) duniaku yang adalah tempat hidupku,

serta perbaikilah akhiratku yang adalah tempat kembaliku (selamanya), jadikanlah (masa) hidupku sebagai penambah kebaikan bagiku,

dan (jadikanlah) kematianku sebagai penghalang bagiku dari semua keburukan.

وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين

Kota Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, 20 Shafar 1430 H

MEDIA TELEVISI DALAM DUNIA PENDIDIKAN Living Room Wall Decor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar